Pematangan pada buah dimulai saat jaringan yang ada pada buah
meningkatkan produksi gas ethylene. Gas ethylene ini mampu memecahkan klorofil
pada buah yang masih muda hingga mengakibatkan buah tersebut hanya memiliki
xantofil dan xarotein atau zat yang membuat kulit buah menjadi merah atau
orange akibat klorofil yang telah tereduksi oleh gas ethylene tadi.Ethylene
adalah hormon tumbuh yang secara umum berlainan dengan auksin, griberelin dan
sitokinin. Dalam keadaan normal, ethylene akan berbentuk gas dan struktur
kimianya sangat sederhana sekali. Ethylene di alam akan berpengaruh apabila
terjadi perubahan secara fisiologis pada suatu tanaman. Hormon ini akan
berperan dalam proses pematangan buah dalam fase klimakterik. Ethylene merupakan
zat cair yang tidak berwarna, kental dan manis, mudah larut dalam air, memiliki
titik didih relatif tinggi dan titik beku rendah. Senyawa ini sering digunakan
sebagai pelarut dan bahan pelunak (pelembut). Pertanian menggunakan ethylene
sebagai zat pemasak buah. Perlakuan pada bebuahan dengan menggunakan ethylene
akan mempengaruhi proses pemasakan buah. Pemasakan buah ini terlihat dengan
adanya perubahan struktur warna, buah yang lunak dan aroma yang khas. Proses
sintesis protein terjadi pada proses pematangan secara alami atau hormonal,
dimana protein disintesis secepat dalam proses pematangan. Pematangan buah dan
sintesis protein terhambat oleh siklohexamin pada permulaan fase klimaktoris
setelah siklohexamin hilang, maka sintesis ethylene tidak mengalami hambatan.
Sintesis ribonukleat juga diperlukan dalam proses pematangan. Ethylene akan
mempertinggi sintesis RNA pada bebuahan (Kusumo 1990).
Kusumo, S. 1990. Zat Pengatur Tumbuhan Tanaman. Jakarta
(ID) : Yasaguna.
No comments:
Post a Comment